Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari berhasil menyatukan, penguasa, golongan raja, dan masyarakat biasa (Jaba) atas dasar ikatan Agam Islam. Sehingga tak ada jurang pemisah antara ulama, bangsawan, dan golongan Jaba.
Keberhasilan Datu Kalampayan dalam mendekati bangsawan terbukti dengan menjadikan Sultan Tahmidullah atau Nata akan sebagai sahabat dan murid beliau. Sultan Nata Alam bahkan mendukung serta mendorong segala macam kegiatan dakwah yang dilakukan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Datu Kalampayan selama 30 tahun menuntut ilmu agama ke Makkah pun atas perintah Sultan Hamidullah. Pengganti Sultan Hamidullah yang bernama Sultan Tamjidillah pun ikut membiayai Datu Kalampayan belajar di Makkah
Hingga akhirnya saat kerajaan Banjar di pimpin oleh Sultan Nata Alam, sang sultan menjadi murid sekaligus kawan beliau. Sultan Nata Alam juga yang meminta kepada Datu Kalampayan menyusun kitab yang kemudian diberi nama kitab Sabilal Muhtadin.
Kontribusi beliau kepada masyarakat luas juga terasa ketika beliau mengolah tanah mati untuk dijadikan lahan bertani yang subur. Salah satu cara nya adalah beliau gali sungai untuk kepentingan irigasi sawah yang kemudian dikenal sebagai daerah "Sungai Tuan"
Sumber : buku Sejarah Banjar Balitbangda Provinsi Kalsel oleh penerbit Ombak Yogyakarta. Sub judul "Pemikiran pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di bidang dakwah Islamiyyah " halaman 240-241
Posting Komentar