Foto : Banjir di Barabai tahun 1928, koleksi KITLV. |
Awal tahun 2021, banjir besar melanda Kalimantan Selatan. Sebanyak lima Kabupaten dan sekitarnya menerima dampak air bah. Satu diantaranya Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah menjadi yang terparah.
Sejak periode kolonial Hindia Belanda hingga masa kemerdekaan, banjir di Barabai tahun 2021 menjadi yang terburuk dalam sejarah. Banjir pada tahun 1928 hanya mencapai sekitar 45 cm. Berbanding terbalik dengan air bandang tahun 2021 yang mencapai 1,5 hingga 2 meter.
Banjir di Borneo bagian selatan memang periodik terjadi tiap tahun. Walaupun tingginya bervariasi, akan tetapi debitnya tidak terlalu tinggi. Hendrik Juriaan Schophuys dalam Het Stroomgebied Van De Barito (1936) menuliskan, bandjir yang termasuk kategori berbahaya dan ditakuti penduduk hanya terjadi sekitar bulan-bulan musim timur, Juli sampai Oktober.
G. L. Tichelman (1931), dalam laporannya merilis bahwa Onderafdeeling Barabai adalah area yang dialiri dua sungai utama yakni Soengai Barabai dan Soengai Batang Alai. Bandjir tertinggi yang diamati di Barabai (tanggal 13 Januari 1928) hanya berlangsung sekitar 30 jam. Ketinggian air tertinggi di alun-alun di Barabai (sekarang lapangan Dwiwarna) adalah sekitar 45 centimeter.
Sementara itu di wilayah Pagat, laju aliran terendah dan tertinggi ditemukan antara 8 dan 190 meter per detik. Banjir yang terjadi di tahun 1928 ini lalu diabadikan Tichelman ke dalam beberapa buah foto banjir di Jalanan Barabai bertema overstroomde straat te Barabai. Foto ini kemudian dipublikasikan KITLV.
Francis Henry Hill Guillemard Australasia dalam Malaysia and the Pacific archipelagoes (1994), juga menuliskan sama. Wilayah Barabai dan Amuntai, adalah wilayah yang mengalami banjir secara berkala. Bandjir tertinggi yang diamati di Barabai (pada 13 Januari 1928) hanya berlangsung kurang lebih 30 jam.
Dari instagram @ sejarah.banjar
Sumber tulisan asli : https://www.instagram.com/p/CKF_6xxASub/
Posting Komentar