Sebelas hari setelah pangeran Hidayatullah dibuang ke Cianjur, Pangeran Antasari di angkat menjadi pimpinan tertinggi kerajaan Banjar. Pengangkatan ini diadakan pada 14 Maret 1862.
Pengangkatan ini ditandatangani oleh perwakilan dari berbagai daerah. Seperti tumenggung Surapati dari wakil daerah Barito, Raden Mas Warga Natawijaya sebagai wakil daerah Teweh, dan Tumenggung Mangkusari menjadi wakil kapuas-kahayan.
Pangeran Antasari diangkat menjadi pimpinan tertinggi kerajaan Banjar. Beliau mengemban tiga tugas berat sekaligus. Sebagai panglima perang, sebagai kepala negara, dan sebagai kepala tertinggi agama
Namun, tak sampai 1 tahun beliau memimpin kerajaan Banjar, Pangeran Antasari meninggal dunia. Beliau sakit sakitan diusia mencapai 72 tahun dan wafat pada 11 Oktober 1862.
Pangeran Antasari pun dimakamkan di Kampung Sampirang, Bayan Begok daerah Puruk cahu. Setelah kemerdekaan, mayat beliau di pindahkan ke Makam pahlawan Banjar di kompleks pemakaman dekat Masjid Jami di Banjarmasin pada 11 November 1958.
Dari segi ahli waris, Pangeran Antasari adalah pewaris tahta kerajaan yang sah. Sebab beliau adalah buyut Pangeran Tahmidillah I. Karena itulah beliau sangat berwibawa di daerah yang belum dikuasai Belanda, termasuk seluruh suku Dayak di daerah Barito.
Sumber : buku Sejarah Banjar Balitbangda Provinsi Kalsel oleh penerbit Ombak Yogyakarta. Sub judul "Pengangkatan Pangeran Antasari sebagai Panembahan" halaman 359-360
Posting Komentar