Datu Pagatan (Syekh Muhammad Arsyad Pagatan) dan Datu Sapat (Syekh Abdurrahman Shiddiq Tambilahan) adalah dua ulama besar Banjar keturunan Datu Kalampayan Martapura. Beliau bedua punya hubungan kakek dan cucu, serta sama sama menduduki jabatan Mufti.
Datu Pagatan adalah salah cicit Datu Kalampayan. Beliau bernama Syekh Muhammad Arsyad dan memiliki julukan "Mufti Lamak Pagatan"
Beliau pernah mengaji agama di Makkah dan menjadi Mufti di kerajaan Banjar. Beliau menikah dengan Ummu Salamah dan melahirkan salah seorang perempuan yang bernama Shafura. Shafura dinikahi oleh Datu Landak Martapura dan melahirkan Syekh Abdurrahman Shiddiq Al Banjari (Datu Sapat)
Sedangkan Datu Sapat, sebagian besar sangat mirip dengan sang kakek (Datu Pagatan). Datu Sapat juga keturunan Datu Kalampayan Martapura, Mengaji agama di Makkah dan menjadi Mufti kerajaan. Namun beliau menjadi Mufti dikerjakan luar Banjar.
Lebih tepatnya, Datu Sapat menjadi Mufti dari kerajaan Inderagiri dan menetap di kampung Hidayat (Sapat, Tambilahan). Maka dari itu beliau walau beliau ulama asli Banjar, beliau bergelar Datu Sapat karena beliau tinggal di wilayah Sapat, Inderagiri, Tambilahan, Sumatera.
Kedekatan Datu Sapat dengan sang kakek (Datu Pagatan) diwujudkan dalam berbagai hal. Salah satu nya adalah Datu Sapat mendirikan kubah untuk Datu Pagatan yang mana kubah itu direnovasi kembali oleh pemerintah setempat
Sumber : Buku Datu-datu terkenal Kalimantan Selatan, Sub Judul "Datu Pagatan", halaman 96-98 Buku diterbitkan oleh penerbit "Sahabat" Mitra pengetahuan".
Sumber : Buku Datu-datu terkenal Kalimantan Selatan, Sub Judul "Datu Sapat Tambilahan ", halaman 128 Buku diterbitkan oleh penerbit "Sahabat" Mitra pengetahuan".
Posting Komentar