Sudah lebih dari enam tahun Kakek Supiansyah (55) membuat dan berjualan susu kedelai keliling. Meski usianya sudah tidak lagi muda dan tubuhnya yang renta namun semangatnya mencari rezeki masih terpancar dari wajahnya.
Fitriyani, Banjarmasin | BERITABANJARMASIN.com
Awalnya Supiansyah hanya ikut orang untuk menjualkan susu kedelai keliling, namun seiring berjalannya waktu dengan keahlian membuat susu kedelai yang ia dapat selama bekerja selama enam tahun, sedikit demi sedikit ia mengumpulkan modal untuk membuka usaha berjualan susu kedelai sendiri.
Saat ini ia sudah mampu menjual susu kedelai secara mandiri dan sudah berjalan selama empat bulan. "Modal lima jutaan untuk beli mesin dan gerobak," ucapnya, Rabu (2/3/2022).
Di tengah orang-orang yang masih terlelap dalam tidurnya, Pukul 04.00 Wita, Supiansyah sudah mulai mengolah susu kedelai untuk dijual. Kacang kedelai yang telah direndam selama enam jam kemudian dihaluskan dan disaring menggunakan alat khusus setelah semuanya selesai disaring selanjutnya sari kedelai direbus hingga medidih sambil dicampur dengan gula pasir.
Dalam sehari Supiansyah mampu membuat 1,5 kilogram kacang kedelai dan menghasilkan 45 bungkus susu kedelai yang ia jual dengan harga Rp 6.000 per bungkus.
Saat waktu menunjukan pukul 08.00 Wita, ia mulai bergegas untuk pergi berjualan dengan mengayuh gerobak sepeda dari Kelayan menuju Jalan Gatot Subroto tepatnya di depan Apotik Anisa, dan setelah Pukul 16.00 Wita ia berpindah ke Jalan Lingkar Selatan menuju arah pulang.
Di tengah cuaca saat ini dengan intensitas hujan yang cukup tinggi Supiansyah mengaku daganganya lumayan sepi, sehari hanya mampu menjual 15-25 bungkus saja, sementara saat cuaca panas ia mampu menjual hingga 40 bungkus per hari. "Tergantung cuaca kadang habis kadang enggak," ucapnya.
Ditambah harga kacang kedelai yang saat ini naik Rp12.000 per kilogramnya semakin mengurangi keuntungan yang ia dapatkan. Bahkan ia pernah terpaksa membuang dagangannya karena sudah dua hari tidak laku karena cuaca musim penghujan. "Pernah tak habis kalau musim penghujan kadang 10 sampai 14 bungkus. Rugi tapi ya mau bagaimana lagi," tuturnya.
Saat ini Supiansyah tinggal bersama istri dan anaknya dengan menyewa sebuah rumah dan ia harus membayar sewa Rp 700.000 per bulan. Meski bisa saja ia bersama istri dan anaknya menyewa bedakan dengan harga yang jauh lebih murah, namun lantaran saat menggunakan mesin penggiling kedelai sangat berisik, sehingga ia memilih tempat yang jaraknya dengan tetangga sedikit jauh agar tidak menganggu dengan suara berisik mesin.
"Kalau aku menyewa di bedak otomatis tetangga terganggu tidur kalau aku menyalakan mesinnya, soalnya jam empat sudah mulai produksi setiap hari," tuturnya. (fitri/sip)
Posting Komentar