FEATURE: Menengok Pengolahan Kerupuk Ikan Haruan dan Udang, 10 Tahun Bertahan di Kuin Utara Banjarmasin | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Jumat, 18 Maret 2022

FEATURE: Menengok Pengolahan Kerupuk Ikan Haruan dan Udang, 10 Tahun Bertahan di Kuin Utara Banjarmasin

Sepuluh tahun sudah Ibu Arbainah (53) memproduksi kerupuk berbahan dasar udang dan ikan haruan (gabus) dari yang awalnya hanya satu kilogram per hari, kini sudah mampu memproduksi hingga 20 KG per harinya. 

Fitriyani, Banjarmasin | BERITABANJARMASIN.com 

Di pagi hari Arbainah sudah mulai mengolah ikan dan udang yang sudah dibersihkan untuk selanjutnya dihaluskan mengunakan alat khusus. 

Sambil menunggu daging udang dan ikan haruan selesai digiling, tak lupa ia menyiapkan panci untuk mencampur semua bahan dan mengadonnya menjadi satu. 

Setelah semua bahan tercampur rata baik adonan kerupuk berbahan ikan haruan maupun yang berbahan udang keduanya lalu di kukus selama kurang lebih satu jam. 

Setelah adonan kerupuk sudah matang biasanya Arbainah membiarkannya selama satu hari agar adonan lebih mudah untuk di potong-potong tipis menjadi kerupuk, setelah dipotong tipis baru lah semua kerupuk dijemur. 

"Kalo musim panas dua hari sudah kering tapi sekarang cuacanya banyak hujan jadi bisa sampai empat hari baru kering," ucapnya saat ditemui Beritabanjarmasin.com di rumahnya yang berlokasi di Jalan Kuin Utara Nomor 156 B RT 07, Banjarmasin, Jumat (18/3/2022). 

Untuk mengolah kerupuk ia lakukan seorang diri dan kadang dibantu anak-anaknya, dalam proses pengolahan biasa memakan waktu hingga lima jam lamanya. 

Arbainah mengatakan untuk membuat kerupuk haruslah menggunakan ikan haruan dan udang sungai tidak bisa menggunakan ikan haruan dan udang tambak. Hal ini lantaran penggunaan udang dan ikan haruan tambak bisa mempengaruhi tekstur dan rasa kerupuk yang ia buat. 

"Kalau pakai ikan haruan dan udang dari sungai asli bagus kerupuknya sudah pengalaman soalnya," katanya. 

Tidak sulit Arbainah mendapatkan ikan haruan dan udang sungai, ia cukup membelinya dari pedagang yang ada di Pelabuhan Pekauman, dari situ ia bisa membelinya dengan harga murah dibanding harga di pasar. 

Untuk satu kilogram ikan haruan utuh ia beli dengan harga Rp25.000, sedangkan untuk udang sendiri dibeli dengan harga Rp 20.000 per KG. 

Selain membeli ikan haruan dan udang di Pelabuhan Pekauman, ia juga biasanya langsung menyiangi dua bahan kerupuk ini kepada ibu-ibu yang ada di sana. 

Sehingga saat dibawa kerumah kedua bahan ikan haruan dan udang ini sudah dalam keadaan bersih hanya dagingnya saja. 

Untuk memasarkan kerupuk olahanya Arbainah sudah banyak memiliki pelanggan dari Balangan, Amuntai, dan warga sekitar rumahnya. Untuk satu bungkus dengan ukuran 200 gram kerupuk ikan haruan ia jual dengan harga Rp16.000, sedangkan kerupuk udang dengan ukuran yang sama per bungkusnya Rp11.000. 

Arbainah mengungkapkan disaat musim hujan seperti sekarang kesulitan yang paling ia rasakan yaitu saat menjemur kerupuk, bahkan ia pernah rugi lantaran harus menjual kerupuknya dengan harga sangat murah akibat banyak kerupuk yang tidak kering sehingga merusak kualitas kerupuk. "Harapnya si pengen banget punya alat pengering biar pas musim hujan kerupuk tetep bisa kering tepat waktu," ujarnya. 

Untuk memulai usahanya Arbainah mendapatkan modal pinjaman dari kredit usaha rakyat (KUR). Tidak hanya itu ia bersama pelaku UMKM lainya juga mendapat bantuan alat-alat untuk memproduksi kerupuk dari proposal yang ia ajukan ke Bank Indonesia berupa mesin giling, blender, mixer, dan pendingin. 

"Kita juga sudah mengirim proposal supaya dapat bantuan pengering, tapi sampai sekarang belum ada kabar," tutupnya. (fitri/sip)

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner