Tetap bertahan menjadi perajin tanggui, semacam topi bundar besar yang terbuat dari anyaman daun nipah, Ramnah (70) dan Saimah (60) sudah melakoninya sejak usia remaja.
Fitriyani, Banjarmasin | BERITABANJARMASIN.com
Tangan-tangan yang sudah keriput itu dengan penuh ketelitian dan kesabaran menyelesaikan tahap demi tahapan proses pembuatan tanggui.
Menurut Ramnah tanggui banyak dibeli terutama pada saat musim panen padi, bahkan permintaan meningkat pada saat musim panen, namun di hari- hari biasa sepi pemesanan dan hanya satu orang langganannya saja dari wilayah Hulu Sungai. "Seminggu sekali pesan 500 tanggui," tutur Ramnah, Senin (14/3/2022).
Ramnah mengatakan cara membuat tanggui relatif sederhana, hanya saja dibutuhkan kesabaran dan ketelitian. Adapun bahan dan cara pembuatannya yaitu daun nipah yang masih muda di jemur hingga layu, kemudian dibentuk menjadi lingkaran setengah bola dengan bingkai ditengahnya diberi semacam topi seukuran kepala. Kemudian setelah selesai tinggal dikeringkan dengan cara di jemur.
Ramnah dan Saimah dapat menghasilkan 15-25 tanggui per hari, dari sebabat nipah yang dibeli seharga Rp150.000 menghasilkan sebanyak 100 buah tanggui. Untuk satu buah tanggui ia jual dengan harga Rp5000- 10.000 per satu tanggui tergantung besar kecilnya ukuran.
Topi khas Banjar itu, sekarang terus bergerak menepi dan sepi dari perhatian. Di tengah himpitan ekonomi yang sulit, Ramnah dan Saimah terpaksa harus bertahan menjadi perajin tanggui meskipun peminatnya sekarang tidak seramai dahulu.
Bahkan perajin tanggui di Kampung Tanggui RT Kuin Selatan, Kelurahan Kuin Cerucuk, Banjarmasin, hanya beberapa orang saja yang masih memproduksi tanggui.
Berbekal keahlian menganyam dari kedua orang tuanya ini lah yang saat ini menjadi sumber pemasukan untuk sehari-harinya, apalagi keduanya merupakan seorang janda yang suaminya meninggal, sehingga harus bekerja keras untuk mencari nafkah. "Mun kada beolah kadada gasan masakan sehari-hari," ungkap keduanya dalam bahasa Banjar.
Keduanya pun pernah mengikuti lomba menganyam tanggui tingkat Kota Banjarmasin dan berhasil mendapat juara dua.
Keduanya mengungkapkan kendala yang saat ini mereka alami yaitu masih kurangnya modal untuk memproduksi tanggui setiap harinya. (fitri/sip)
Posting Komentar