BERITABANJARMASIN.COM - Pencabutan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan pada ritel modern dilakukan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan karena ingin lebih fokus kepada ketersediaannya.
"Artinya lebih memilih kepada banyaknya barang di pasaran daripada harganya ditekan murah kemudian barangnya tidak ada dipasaran," kata Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kalsel, Birhasani, Jumat (25/3/2022).
Sementara itu, kebijakan pencabutan HET oleh pemerintah tertuang pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11 Tahun 2022. Harga minyak goreng kemasan diserahkan kepada mekanisme pasar dalam artian berapa pedagang membeli harga modal maka dari harga modal tersebut ditambah dengan keuntungan.
Terlebih kata ia mendekati Ramadhan dan Idul Fitri, kebutuhan akan ketersediaan minyak goreng sangat diperlukan masyarakat. Tidak hanya itu kebijakan HET juga rupanya berdampak kepada produsen minyak goreng kecil yang tidak bisa beroperasi karena membandingkan dengan harga CPO kemudian memproduksi sementata itu menjual minyak gorengnya tidak sebanding dengan harganya.
"Terlalu mahal CPO tidak menguntungkan bagi produsen, sehingga banyak produsen minyak goreng yang tidak berproduksi, kecuali pabrik besar," ungkapnya.
Dengan begitu diharapkan dengan dicabutnya kebijakan HET tersebut dalam satu minggu kedepan ketersediaan minyak goreng di pasaran akan kembali banjir, baik di ritel modern maupun pasar tradisional.
Hanya saja kata Birhasani penerapan harga minyak goreng tetap pada HET masih berlaku untuk minyak goreng curah yaitu dengan harga Rp 14.000 per liternya yang dikhususkan untuk pelaku UMK, sementara untuk industri besar, dan menengah tidak diperbolehkan. "Hanya mikro dan kecil saja sedangkan minyak goreng kemasan sifatnya untuk masyarakat umum dan tidak ada lagi HET," tandasnya. (fitri/sip)
Posting Komentar