Keberadaan buruh Kalsel di zaman penjajahan Jepang dan Belanda begitu menyedihkan. Tercatat, setelah selesai perang dunia II, penjajah Belanda kembali menguasai Kalimantan. Karena keadaan yang begitu carut marut selepas bom sekutu, penjajah Belanda memerlukan tenaga Buruh Kalsel untuk melakukan perbaikan.
Pada tahun 1950an, kesadaran nasional buruh Kalsel dalam berogranissasi begitu berkembang, terutama untuk menuntut perbaikan gajih. Persatuan buruh yang ada di Kalimantan Selatan pada 1950 an adalah :
1. Persatuan Buruh Kehutanan
2. Persatuan buruh bioskop
3. Persatuan perawat Indonesia
4. Serikat Buruh Percetakan Indonesia
5. Serikat pekerja penggergajian Indonesia
6. Serikat buruh Beca Indonesia
7. Serikat pos
8. Serikat buruh rendahan Indonesia
9. Persatuan buruh Tionghoa
10. Persatuan buruh perusahaan partukulir
Persatuan buruh diatas berpusat di Banjarmasin. Disamping itu, ada juga persatuan buruh di daerah hulu sungai, diantaranya :
1. Serikat pekerja tukang Bulik seng
2. Persatuan pengrajin anyaman margasari
3. Serikat buruh gergaji negara
4. Persatuan buruh Indonesia di murung pundak.
SDM buruh Kalimantan Selatan ditahun 1950 bisa dikatakan rendah. SDM yang bisa baca tulis hanya 69 persen, dan yang punya ijazah SR hanya separuhnya saja. Dalam penerimaan tentara pun, SDM Kalsel banyak yang tak lulus. Ada juga yang lulus namun pangkatnya diturunkan satu sampai dua tingkat.
Sumber : buku Sejarah Banjar Balitbangda Provinsi Kalsel oleh penerbit Ombak Yogyakarta. Sub judul "Perburuhan dan Sumber Daya Manusia" halaman 914
Posting Komentar