Industri kayu (wantilan) yang agak besar di Kalimantan ada di sampit.
Ada sebuah perusahaan yang Bernama “Bruynzeel Dayak Houtbedrijven” yang
merupakan perusahaan patungan Indonesia dan Belanda. Perusahaan itu ada di
tahun sekitar 1949-1950.
Sedangkan di Kalimantan Selatan, ada perusahaan penggergajian
kayu yang Bernama “Java Hout” yang awalnya modal dari Belanda. Namun pada
1949-1950, perusahaan itu dinasionalisasi ke tangan Indonesia dan menghasilkan
rata rata 100.000 meter kubik.
Banyak juga perusahaan kayu yang dikerjakan rakyat Banjar
secara manual. Usaha kayu rakyat ini bersifat turun temurun disebut “Wantilan”.
Banyak berdiri “Wantilan-wantilan” rakyat di kampung tepian sungai barito,
seperti kampung sungai saluang. Wantilan rakyat ini menghasilkan kayu
gergajian.
Wantilan ditepian sungai barito tadi banyak membeli bahan mentah kayu di pedalaman barito. Hasil kayu gergajian dibeli oleh pedagang pedagang Banjar yang punya “galangan” di Surabaya dan dipasarkan ke seluruh Jawa
Selain kayu, Kalsel juga dikenal dengan kerajinan dari rotan. Khususnya didaerah Margasari yang memiliki produk khasnya berupa tikar purun dan kopiah dari akar jangang. Bahkan pada 1950, ada kelompok Persatuan Pengrajin Anyaman Margasari yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anyaman warga margasari.
Sumber : buku Sejarah Banjar Balitbangda Provinsi Kalsel oleh penerbit Ombak Yogyakarta. Sub judul "Kehidupan Sosial Ekonomi " halaman 898
Posting Komentar