Keterampilan tangan Aspur (50) mampu membuat bambu bekas sisa produksi layang-layang menjadi sebuah miniatur rumah adat Banjar yang begitu indah dan memiliki nilai jual.
Fitriyani, Banjarmasin | BERITABANJARMASIN.COM
Ditemui saat berjualan di kawasan Siring Tendean Menara Pandang, Banjarmasin, Aspur tampak sedang sibuk merapihkan dagangannya sambil sesekali menyapa pengunjung yang lewat di depannya.
Kepada Beritabanjarmasin.com, Aspur menceritakan bagaimana ia membuat kerajinan miniatur rumah adat Banjar.
Aspur atau orang biasa menyebutnya Kai Siring mempelajari pembuatan miniatur rumah adat Banjar secara otodidak dengan melihat beberapa contoh rumah adat Banjar, pelan-pelan seiring waktu ia mulai bisa membentuknya sampai menjadi karya yang cukup indah.
Mengingat dirinya sudah tidak bekerja dan usianya sudah tak lagi muda, keahlian ini dimanfaatkannya untuk mencari rezeki dengan berjualan kerajinan miniatur rumah adat Banjar.
Untuk membuat satu buah minatur rumah adat banjar bahan- bahan yang dibutuhkan yaitu bambu, lem korea dan cat.
"Bambunya kita dikasih dari sisa pembuatan layang-layang jadi cuma modal cat dan lem korea aja," ucap Aspur, Jumat (29/4/2022).
Dibutuhkan waktu dua hari untuk menyelesaikan satu buah minatur rumah adat Banjar, cara pembuatannya pun dibutuhkan ketelitian serta kesabaran.
Tahapan pertama bambu terlebih dahulu di potong-potong sesuai ukuran kemudian diserut agar menjadi tipis selanjutnya proses perakitan dengan menempelkan bagian bagian menggunakan lem korea, setelah itu tahap akhir baru proses pengecatan.
Harga satu buah minatur rumah banjar ia jual Rp50.000 untuk yang ukuran sedang dan ukuran sedikit besar Rp60.000. Sudah dua tahun iantetap setia berjualan miniatur rumah adat Banjar di lokasi tersebut. "Setiap hari malam Minggu itu dulu ramai yang beli tapi ketika pandemi Covid-19 jadi sepi," ungkapnya.
Kebanyakan pembeli kata ia merupakan warga pendatang dari luar pulau seperti dari Surabaya, Jakarta, Bandung. Selama bulan Ramadhan ini penjualannya menurun.
Selain terampil dalam membuat miniatur rumah adat Banjar, ia juga mampu membuat berbagai macam kerajinan sesuai keinginan pelanggannya. Terakhir ia baru saja mendapat pesanan untuk membuat rumah kucing anggora dengan ukuran cukup besar.
Semua bahan untuk membuat rumah kucing anggora sudah disediakan dari si pemesan sehingga ia hanya mengeluarkan tenaga dan keahliannya saja. "Tiga hari selesai di upah Rp750 ribu, asal dikasih foto contohnya bisa dirakit," ujarnya.
Bahkan ia juga pernah mendapat pesanan untuk membuatkan kerajinan perahu dari Bank Kalsel. Saat ini kata Aspur pesanan seperi itu masih sepi sehingga ia hanya fokus berjualan miniatur rumah adat Banjar saja.
Di bulan Ramadhan ini ia berjualan di hari Minggu mulai dari Pukul 06.00-12.00 Wita. Aspur (50) merupakan warga asli Barabai dan merantau ke Banjarmasin tinggal bersama keluarganya di Kelayan B Gang Selamat.
Untuk mudik ke kampung halamannya di Barabai saat Idul Fitri biasanya ia melihat kondisi keuangan apabila ramai berjualan di bulan Ramadhan serta banyak pesanan biasanya ia mudik. Namun sebaliknya saat sepi dan sedikit pemasukan biasanya ia tetap di Banjarmasin dan berjualan meski di Hari Raya Idul Fitri.
"Harapannya Covid-19 hilang biar banyak lagi orang jauh yang datang ke Kalsel dan bisa beli oleh-oleh rumah adat Banjar lagi," tuturnya. (fitri/sip)
Posting Komentar