Pada tahun 1950an, kota Banjarmasin penuh sesak oleh ribuan tentara. Sampai sampai asrama tentara tak mampu memuatnya lagi. Disewa lah penginapan, losmen dan hotel hotel untuk para tentara, ternyata tidak juga mampu menampung semua nya.
Akhirnya diputuskan lah untuk memakai gedung sekolah yang ada di Banjarmasin. Diantara gedung sekolah yang dipakai untuk tempat tinggal tentara adalah gedung SR (Sekolah Rakyat), STPN (Sekolah Teknik Pertama Negeri), dan Normal School Putra (SGB) di jalan Pacinan Banjarmasin
Menurut catatan sejarah, yang paling parah adalah Normal School Putra. Karena tentara TNI dari Jawa mengambil 9 jelas dan 1 kantor untuk tempat tinggal. Di sanalah pelajar, Anggota TNI dan istri istri mereka bersama sama mandi, buang air dan cuci pakaian.
Ternyata timbul lah kecemburuan. Karena yang tinggal disana padat, maka seringlah terjadi perebutan jamban yang hanya empat buah antara para pelajar dan tentara. Puncaknya terjadi pada Mei 1951. Hampir terjadi perang saudara antara tentara dan para pelajar Banjar. Untungnya hal ini dapat didamaikan oleh pihak berwajib.
Pihak pelajar Banjar pun tak tinggal diam. Mereka pun turun ke jalan dan melakukan demo agar dikembalikannya gedung sekolah yang diambil para tentara. Para pelajar berdemo berminggu Minggu dan mogok sekolah. Inilah Demo Pelajar pertama dalam sejarah tanah Banjar.
Akhirnya diadakanlah perundingan antara Gubernur dr. Murdjani, pimpan tentara, dan pada pimpinan pelajar Banjar. Akhirnya dibuat lah keputusan bersama bahwa tentara yang terlibat perkelahian akan dipindah ke kota lain. Sekolah sekolah juga akan dibangun dan pelajar pun diminta berhenti berdemo/mogok belajar.
Akhirnya pada 1953/1954 dibangunlah kampung pelajar "Mulawarman" Banjarmasin. Yang mana sampai sekarang isinya adalah sekolah sekolah dari tingkat SMP/MTS, sampai SMA/SMK/MA.
Sumber : buku Sejarah Banjar Balitbangda Provinsi Kalsel oleh penerbit Ombak Yogyakarta. Sub judul "Pendidikan dan Seni Budaya" halaman 907
Posting Komentar