Sumber foto : youtube Program TV Tabalong |
Kabupaten Barito Kuala yang lahannya didominasi agroekosistem rawa pasang surut, memiliki keunggulan dari sisi ketersediaan air. Petani jeruk di Batola umumnya membudidayakan jeruk pada surjan atau tukungan yang dibuat petani mengunakan tanah disekitarnya. Dengan demikian, tanaman jeruk akan terhindar dari rendaman air sepanjang waktu.
Jeruk siam banjar, demikian biasanya disebut oleh masyarakat
Kalsel. Memiliki kualitas yang baik dan layak untuk diekspor. Hasil penelitian
tim peneliti BPTP Kalsel, menunjukkan bahwa jeruk siam Banjar Kab. Batola
umumnya masuk grade B (rata rata bobot buah 110 gram, diameter >6cm). Jeruk
siam banjar adalah keruk yang memiliki rasa manis menyegarkan. Kandungan total
padatan terlaurt (TPT) Jeruk siam banhar rata rata > 10 0Brix, sehingga
telah melebihi kadar minimum yang dipersyaratkan untuk ekspor. Karena ukurannya
yang besar dan rasanya yang manis tersebut, buah jeruk siam Banjar umumnya
dijual dalam bentuk segar untuk langsung dikonsumsi oleh masyarakat.
Bagaimana meningkatkan nilai jeruk siam banjar?
1. Salah satu hal yang bisa menambah nilai dari buah/sayur
adalah dengan mengubahnya ke bentuk lain. Dalam hal ini, maka kita bisa
menyebutka segala bentuk turunan dari jeruk. Sebut saja yang sudah lekat dengan
olahan buah, seperti selai atau manisan.
2. agrowisata jeruk, konsepnya sama seperti agrowisata mangrove.
Ikut kegiatan petani jeruk saat musim tanam dan panen atau mengolah jeruk
menjadi produk turunan
3. Bibit jeruk sebagai cinderamata. Branding, bisa juga
menjadi ikon kecamatan.
4. Bagi bagi jeruk ke sekolah. Misalkan setiap seminggu
sekali selama panen. Sekolahnya dimana saja, bisa diluar kabupaten.
Sumber : www.kalsel.litbang.pertanian.go.id dan
sasunduklawang.com
dari instagram @kabardaribanjar
Posting Komentar