Sumber Foto : Arsip Nasional Netherland |
Pada tahun 1947, karena kondisi genting, Pasukan Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka (Gerpindom) Birayang memindahkan markasnya dari simpang tiga Birayang (Hulu Sungai Tengah) ke Gua Kudahaya yang terletak di belakang kampung Mandam-Cukan Lipai, Birayang.
Tujuannya, menyelamatkan sisa-sisa rombongan pasukan John
Masael, H. Damanhuri, dan kawan kawan, serta senjatanya. Usaha ini berhasil
dengan terhimpunnya beberapa anggota di Markas Gerpindom Birayang di Gua
Kudahaya. Mereka yang berada di sini adalah Abdurrahman Karim, H. Aberanie
Sulaiman, dan beberapa lainya.
Pada hari Rabu pukul 19.00 pagi, 17 hari puasa Ramadhan pada
tahun 1947 Abdurrahman Karim dengan Jamhar yang berasal dari rombongan John
Masael dari Kalimantan Timur sedang berada di rumah Jailan dipasar Birayang
dengan tiba-tiba dikepung dan disergap oleh pasukan polisi Belanda, namun
keduanya lebih dahulu sudah berhasil meloloskan diri dari sergapan tersebut.
Sehingga gagallah niat spion dan polisi-polisi Belanda untuk
menangkapnya, akan tetapi pemilik rumah yang bernama Jailani tersebut ditangkap
dan dibawa ke kantor Polisi Belanda di Birayang. Beliau sempat ditahan beberapa
hari, selanjutnya dibebaskan.
Kejadian ini sampai beritanya ke Gerpindom di Gua Kudahaya,
karena itu menjelang Magrib semua anggota yang berada di Gua Kudahaya sudah
berada di Birayang dengan maksud menyerang kantor Pemerintahan/Polisi Belanda
Birayang.
Untuk itu maka pada malam harinya dengan mengambil tempat di
rumah Utuh Hingkung di Kampung Rantau Birayang. Rapat yang dihadiri Abdurrahman
Karim, H.Aberanie Sulaiman, Made Kawis, Jamhar Rosidi, H. Damanhuri, Hamdi
Idar, Suni dan beberapa orang anggota-anggota Gerpindom Birayang lainnya.
Posting Komentar