Abad ke-17, daerah Rantau memiliki sebuah mesjid yang
bernama Mesjid keramat Banua Halat. Mesjid didirikan oleh Datu Ujung yang
semula berasal dari etnis Bukit Pegunungan Meratus. Istilah Banua Halat diambil
dari adanya Kampung Garis Halat.
Istilah Garis Halat menunjukkan batas geografis bagi
komunitas yang berdiam dalam wilayah Garis Halat.
Komunitas Garis Halat membentuk sistem masyarakat Islam yang
ditandai dengan kegiatan pengajian. Pengajian di Banua Halat dipimpin Datu
Ujung mengambil tempat di Mesjid Keramat Banua Halat.
Nama Datu Ujung merupakan nama gelaran bagi tokoh penyiar
Islam di Rantau. Tidak ada sumber yang menyebutkan nama asli dari Datu Ujung,
hanya dalam Cerita Rakyat etnis Bukit Mancabung disebutkan nama tokoh Intingan
yang berangkat ke bandar, sedangkan saudara tuanya Dayuhan tetap di atas
gunung.
Intingan sebagai saudara muda Dayuhan, kemudian menjadi
orang Melayu atau orang dagang yang mendapat kemajuan. Menurut A. Gazali Usman,
nama Intingan kemungkinan adalah nama asli dari Datu Ujung. Berbekal ilmu
pengetahuan agama yang luas, Datu Ujung membentuk masyarakat sendiri yang
terpisah dengan komunitas Bukit dan Maanyan di Banua Lawas yang masih menganut
kepercayaan Kaharingan.
Boleh jadi, Datu Ujung masih terkait dengan dakwah Penghulu
Demak jaringan sesudahnya, setidak-tidaknya masih terkait dengan jaringan Datu
Kandang Haji di Balangan-Paringin.
Sumber: Islamisasi Banjarmasin; Yusliani Noor
dari instagram @sejarahkalsel.id
Posting Komentar