Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kalampayan Martapura) pernah menghadapi suatu permasalahan yang sulit dipecahkan orang biasa. Yaitu masalah pernikahan anak beliau yang bernama Syarifah.
Datu Kalampayan menikahkan Syarifah dengan Syekh Abdul Wahab Bugis di Makkah atas dasar "Wali Mujbir". Ketika pulang ke Banjar, ternyata Syarifah sudah dikawinkan juga dengan Tuan Usman dengan dasar "Wali Hakim", bahkan sudah memiliki anak.
Kedua pernikahan ini sah menurut tempat nya. Namun yang perlu diteliti adalah waktu kedua pernikahan tersebut. Siapakah yang lebih dulu menikah.
Datu Kalampayan pun meneliti dan menghitung secara akurat hari dan tanggal pernikahan kedua nya. Antara waktu pernikahan di Makkah dan Martapura.
Setelah beliau hitung dengan ilmu Falak, maka dapatlah kesamaan hari, tanggal dan tahun pernikahan antara Makkah dan Martapura. Namun pernikahan di Makkah lebih dulu beberapa saat di banding di Martapura. Maka pernikahan yang sah adalah pernikahan yang di Makkah antara Syekh Abdul Wahab Bugis dan Syarifah.
Dengan dilandasi keimanan yang kuat, maka pernikahan Tuan Usman dan Syarifah pun difasakh/diputus. Masing masing pihak dapat menerima dengan baik dan ditetapkan lah suami Syarifah adalah Syekh Abdul Wahab Bugis.
Masalah ini menunjukkan betapa Datu Kalampayan menguasai bidang ilmu Falak. Beliau dapat membandingkan antara waktu Makkah dan Martapura, padahal saat itu teknologi tidak secanggih zaman sekarang.
Sumber : buku "Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari" tulisan Abu Daudi, sub judul "Menyelesaikan Masalah Pelik" hal 38
Posting Komentar