Datu Kalampayan Martapura (Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari) merupakan tokoh besar Kalimantan Selatan yang memiliki ilmu agama yang sangat luas. Beliau bahkan pernah mengajar di Masjidil haram, Makkah. Karena sering nya mengajar, beliau banyak memiliki murid yang bahkan menjadi tokoh tokoh besar dizamannya. Ada yang menjadi Ulama Makkah, Pontianak, bahkan menjadi Sultan Kerajaan Banjar.
Menurut H. W. Muhammad Shagir Abdullah, salah seorang murid Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Makkah adalah Syekh Muhammad Shalih bin Murid Ar Rawa. Beliau adalah penulis kitab Fathul Mubin, suatu kitab Syarah dan terjemahan Hadist Arba'in Imam Nawawi. Kitab ini ditulis pada 20 ramadhan, 1272 H di Makkah. Syekh Shalih Ar Rawa juga murid dari Syekh Abdus Samad Palembang.
Kemudian, menurut Ust. H. Abdul Rani Mahmud (ulama Pontianak), ada murid Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Pontianak yang bernama H. Abd. Ghani. Ust. H. Abd Ranj adalah seorang ulama tua yang berpengaruh didaerah Pontianak. Beliau juga banyak mengetahui tentang Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Murid Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dari kalangan raja Banjar adalah Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidillah. Beliau mendapat didikan khusus dari Datu Kalampayan Martapura hingga beliau menjadi Raja yang alim dan waro'.
Bahkan ketika sang Sultan wafat, beliau berpesan kepada anak keturunan nya agar tidak durhaka kepada anak cucu nya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Jikalau durhaka, maka tidak lah selamat. Saking hormatnya sang sultan kepada Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Sumber : buku "Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari" tulisan Abu Daudi halaman 43, sub judul "Diantara Murid Syekh Muhammad Arsyad" hal 63
Posting Komentar