Orang Banjar dikenal memiliki jiwa pedagang. Berdagang tak hanya disekitar Kalimantan, bahkan sampai lautan indonesia hingga negeri Thailand. Urang banjar mengarungi lautan untuk berdagang menggunakan perahu pinisi Banjar.
Namun, karena berjiwa bisnis, urang banjar begitu memperhitungkan untung dan rugi nya memasukkan anak mereka ke sekolah. Hal ini malah menguntungkan penjajah Belanda, karena penjajah ingin daerah jajahan nya tertinggal dalam hal pendidikan
Sikap urang banjar yang kurang tertarik dengan sekolah diterima dengan senang hati oleh penjajah Belanda. Penjajah Belanda pun membiarkan orang orang Banjar terkebelakang dalam hal pendidikan
Maka dari itu, di Kalimantan Selatan hanya ada satu sekolah MULO (sekolah yang dibuat Belanda setingkat SMP). Sekolah ini didirikan pada 1927 M.
Barulah pada 1939, di Banjarmasin di dirikan lagi sekolah yang bernama MULO Bumiputra. Tujuan didirikan sekolah ini pun hanya untuk mendidik siswa menjadi tenaga administrasi. Bukan agar siswa Banjar melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Itupun, rakyat Indonesia yang dapat kesempatan berskeolah di MULO hanya 5% dari jumlah penduduk saat itu.
Ada juga sekolah sekolah lain yang didirikan penjajah Belanda di Kalimantan Selatan. Tentu tujuannya hanya untuk mencetak tenaga administrasi di pemerintah penjajah Belanda. diantaranya :
1. Sekolah rendah, 196 buah
2. HIS (Holland Inlandse School), 3 buah
3. HCS (Holland Chinese School), 1 buah
4. Schakel School, 1 buah
5. ELS (Europese Lagere School), 1 buah
6. CVO (Cursus Volks Oderwijs), 8 buah
7. Klein Handel School, 3 buah
8. MULO, 1 buah
9. MULO Bumiputra, 1 buah
Sumber : buku Sejarah Banjar Balitbangda Provinsi Kalsel oleh penerbit Ombak Yogyakarta. Sub judul "Pendidikan" halaman 534
Posting Komentar