Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari sebelum wafat sempat mengalami sakit kipa (tak berdaya badan kiri). Beliau mengalami sakit ini sejak 29 Jumadil akhir 1225 H dan beliau wafat pada 6 Syawal 1227 H/13 Oktober 1812 M.
Sebelum beliau wafat, Datu Kalampayan sempat berwasiat. Wasiat beliau adalah bila beliau wafat, maka makamkan di karang tengah dekat istri dan menantunya. Apabila musim hujan/Banjir, maka makamkan lah di Kalampayan.
Ternyata pada malam Selasa 6 Syawwal 1227 H, hujan turun dengan derasnya hingga banjir sungai sungai menuju Kalampayan. Hingga jasad Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari bisa di antar dengan perahu ke Kalampayan.
Di karang tangah, ada makam istri, anak dan Menantu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Diantaranya adalah menantu beliau bernama Syekh Abdul Wahab Bugis. Syekh Abdul Wahab Bugis adalah kawan yang menjadi menantu Datu Kalampayan yang dikawinkan dengan anak beliau yang bernama Syarifah.
Pada hari wafat nya Datu Kalampayan, awan mendung menutup kecerahan kerajaan Banjar. Sultan Sulaiman Al Mu'tamidillah sangat bersedih hati, karena Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari adalah sosok yang penting karena sering dimintai pendapat masalah agama.
Sumber : buku "Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari" tulisan Abu Daudi, sub judul "Menjelang Tibanya Panggilan Ilahi" hal 247
Posting Komentar