Suatu ketika, Abah Guru Sekumpul dan kawan kawan beliau
ingin membeli durian. Beliau dan kawan kawan membeli durian di kebun durian daerah
Cempaka Martapura. Singkat cerita, Abah Guru Sekumpul pergi ke kebun durian
tersebut dan bertemu dengan penjual buah durian.
Kemudian Abah Guru Sekumpul dan kawan kawan dipersilahkan
mencicipi durian untuk memastikan rasanya. Tiba tiba ada kawan beliau bertanya “siapa
yang menanam durian ini?” kepada penjual durian tersebut. Lalu penjual itu
menjawab “ini adalah tanaman dari ayah ku yang sudah meninggal”
Tiba tiba ada kawan dari Abah Guru Sekumpul memiliki ide
yang tak disangka sangka. Kawan beliau meminta izin untuk bertahlil untuk ayah
si penjual durian itu. Tentu penjual durian itu senang dan memperbolehkan.
Tahlil pun di mulai. Lalu penjual durian itu membukakan beberapa biji durian
lagi untuk disuguhkan kepada Abah Guru Sekumpul dan kawan kawan. Rupanya ide
tahlilan itu diniatkan supaya mendapatkan durian gratis.
Penjual durian pun sampai terharu. Karena beliau sendiri
tidak pernah mendoakan sang ayah. Bahkan Abah Guru Sekumpul dan kawan kawan di
beri lagi beberapa biji durian secara gratis untuk dibawa pulang.
Ketika pulang, senanglah hati kawan kawan beliau karena
mendapatkan durian gratis. Namun berbeda dengan Abah Guru Sekumpul. Beliau
tidak mau memakan durian durian tersebut. Abah Guru Sekumpul hanya mau memakan
durian gratis yang memang disediakan diawal untuk dicicipi. Sedangkan durian
yang diberi saat tahlil dan diberi untuk saku pulang, tidak mau beliau makan.
Mengapa seperti itu? Karena bagi Abah Guru Sekumpul
menganggap itu adalah hal yang syubhat. Karena durian di dapat dengan tahlil
yang diniatkan untuk mendapatkan durian gratis. Artinya tahlil nya tidak karena
Allah. Disinilah luar biasa waro’ nya Abah Guru Sekumpul. Inilah yang membuat
hidupnya Abah Guru Sekumpul sangat berkah dan ilmunya bermanfaat.
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=OTP0iD3zFB0
Posting Komentar