BERITABANJARMASIN.COM - Sabtu, (1/10/2022) menjadi waktu yang istimewa di Rumah Oettara. Seorang seniman besar dari daerah budaya Deah (Upau,Tabalong) yaitu Uma Delis datang bertandang.
Ia adalah seorang pemain Sensapi, sebuah instrumen tradisional yang
biasanya digunakan untuk mengiringi ritual Babalian di wilayah budaya Deah. Uma
Delis tidak sekadar datang dan memainkan sensapinya. Ia juga datang utuk
memberi pengetahuan, nilai-nilai dan praktik bermain Sensapi itu sendiri.
Sore harinya di garasi Rumah Oettara, dibantu oleh salah satu muridnya yakni Palui (Irfan) memberikan secara langsung workshop tentang memainkan sensapi. Ada 10 peserta yang hadir mulai dari pelajar, mahasiswa, akademisi, hingga peneliti.
Dituturkan Novyandi
Saputra selaku manager program Rumah Oettara sejak awal memang targetnya hanya
15-25 peserta saja yang akan diterima pendaftarannya. Hal ini berkaitan dengan
agar pengetahuan yang dibagikan mudah diterima dan mudah disampaikan oleh Uma
Delis sendiri.
Uma Delis telah menciptakan puluhan lagu baru yang tidak jauh dari irama-irama klasik sensapi itu sendiri. "Lagu-lagu baru ini bagi Delis memiliki dua arah, arah pertama adalah untuk memancing para generasi muda mau memainkan sensapi dan puji syukur itu telah berhasil," ucapnya.
Arah kedua adalah agar lagu sensapi yang dipertunjukan tidak sama dengan yang digunakan saat ritul sehingga tetap menjaga nilai-nilai dan pakem asli saat ritual itu sendiri.
Cara berpikir yang maju kedepan ini adalah nilai luhur yang tak banyak dimiliki orang. Uma Delis adalah gambaran dari menjaga dan mengembakan Sensapi agar semakin nyaring bunyinya.
Malam minggu yang syahdu, Uma Delis dan Palui memainkan hampir 15 reportoar karya-karya yang diciptkan oleh Uma Delis sendiri. mulai dari lagu yang berkisah tentang keniscayaan hidup, nasib-nasib hutan di Deah, hingga tentang hubungan manusia-alam-Tuhan.
karya-karya uma Delis dinikmati dengan tenang
malam itu. Suara khas dari Uma Delis yang lengking dan petikan sensapi yang
merdu dan rancak saling ikat kait dengan sensapi palui menambah mistis nan
romantis suasanya bunyi malam itu. Uma Delis begitu tenang dan menikmati setiap
nyanyiannya hingga membawa kami seperti sedang berada di Upau, kampung halamannya
Uma Delis.
Banyak penonton tak percaya bahwa instrumen sensapi itu hanya memiliki dua buah senar dan bahkan melodinya banyak dimainkan dalam satu senar saja.
Kepiawaian Uma
Delis dan Palui dalam memainkan sensapi ini membawa penonton larut dalam suasana.
tak terasa lagu demi lagu berlalu begitu saja. Riuh tepuk tangan dan pujian pun
mengalir menimpali setiap lagu selesai dimainkan oleh uma Delis dan Palui.
Begitulah kiranya gambaran pertunjukan sensapi malam minggu di Rumah Oettara.
Firman Yusi, Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Selatan yang merupakan warga asli Tabalong menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini harus didorong hadir terus menerus.
Ruang kreatif yang memanggungkan seniman-seniman seperti ini harus selalu bergeliat menjadi ruang kompetisi dan kolaborasi dengan pemerintah. Tentu ini juga merupakan gerakan yang sangat sehat dalam upaya pemajuan kebudayaan khususnya di ibukota Kalimantan Selatan hari ini.
Firman
Yusi juga menambahkan bahwa kita harus mengawal Uma Delis agar bisa diajukan
untuk mendapatkan Anugerah Kebudayaan Kemendikbudrisetkdikti. Kalsel harus
mulai aktif dalam pengajuan ini karena hari ini kita banyak kehilangan
tokoh-tokoh seniman besar yang menjadi tiang kebudayaan banua.
Malam itu juga komunitas Rumah Oettara yang diwakili oleh HE Benyamine memberikan gelar maestro sebagai sebuah penghormatan agung kepada Uma Delis atas dedikasi dan daya juangnya untuk melestarikan dan mengembangkan Sensapi hingga sekarang ini.
Semangat dan nilai juangnya ini adalah spirit yang harus kita semai
bersama dalam pemajuan kebudayaan banua. HE Benyamine juga menyampaikan bahwa
kegiatan Blueprint ini adalah bentuk gambaran nyata bahwa Kalimantan Selatan
tidak hanya Banjar, namun juga ada suku, adat, dan budaya lain yang ikut serta
dalam membentuk Budaya Kalimantan Selatan.
Program Blueprint
merupakan sebuah program yang berfokus pada melihat secara mendetail kerja
artistik seorang Maestro seni (musik/tari/teater/seni rupa/ dan seni media
baru). Hal ini adalah sebagai upaya dalam melihat kembali pengetahuan seorang
maestro terhadap kerja artistik bidang seninya. Program ini berfokus pada
workshop, pentas maestro dan diskusi bersama maestro.
Pada program Blueprint #1 ini kami berkolaborasi dengan @gekrafs.kalsel mengundang salah satu seniman sensapi asal Deah-Tabalong yaitu Delis. Delis adalah praktisi instrumen musik Sensapi khas Dayak Deah daerah tabalong. Delis akan berbagai pengetahuan perilah Sensapi Deah, Hidup sebagai seniman tradisional dan bakti budayanya terhadap sensapi. (rilis)
Posting Komentar