LILITAKAN (dalam bahasa Banjar) alias Latto-latto kembali digemari
oleh anak-anak Indonesia, tidak ketinggalan di Kalimantan Selatan. Bahkan
kompetisi bermain Lilitakan pun mulai bermunculan, seperti yang digelar di Kota
Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Bagaimana sejarah Lilitakan,
bagaimana pengaruhnya terhadap anak-anak di Banua dan dampak dari permainan ini
untuk generasi masa depan? Simak dalam laporan tim pemberitaan Berita
Banjarmasin berikut ini.
BERITABANJARMASIN.com
Permainan tradisional Lilitakan memang tengah digandrungi kaum
milenial, generasi z hingga orang dewasa di Indonesia saat ini, namun ternyata
permainan ini bukan berasal dari Indonesia melainkan diperkirakan berasal dari
Eropa dan Amerika Serikat.
Melansir dari Medcom.id diperkirakan Lilitakan muncul pada akhir
1960-an. Permainan ini pun semakin populer pada awal 1970-an. Di Eropa,
Lilitakan sering disebut clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers dan
clankers. Sedangkan di Amerika Serikat, selain clackers ball, ada juga yang
menyebutnya Newton's yo yo.
Melansir dari Akurat.co Permainan clackers ini ramai dimainkan
pada akhir tahun 1960-an. Saat itu, clakers terbuat dari aklirik sehingga mudah
pecah bahkan menimbulkan korban jiwa. Hingga pada tahun 1966, FDA (Food and
Drug Administrasion) Amerika Serikat resmi melarang permainan clackers di
masyarakat. Bukan semata-mata karena terbuat dari aklirik, hasil uji
laboratorium permainan clackers dianggap mengandung bahan kimia maupun radio
aktif serta mudah terbakar.
Pada awal 1970-an, menurut sejarawan FDA, John P Swann, permainan
clackers masih begitu populer bahkan sampai ke penduduk provinsi kecil di
Italia bernama Calcinatello yang mengadakan kompetisi tahunan untuk penggemar clackers.
Sejarah lato-lato di Indonesia sendiri sudah masuk sejak tahun
1990-an dan populer hampir di seluruh daerah dengan nama yang berbeda-beda.
Clackers di berbagai daerah di Indonesia dikenal dengan nama Lilitakan
(Banjar), etek-etek (Jawa Tengah), nok-nok (Jawa Barat), dan katto-katto
(Makassar).
Seiring perkembangan zaman, clackers dibuat dengan bahan plastik
polimer sehingga diklaim tidak berbahaya dan aman untuk dimainkan. Kendati
demkian permainan Lato-lato juga memiliki dampak dan manfaat positif
diantaranya melatih kemampuan dasar motorik, mengurangi kecanduan gadget,
melatih konsentrasi dan melatih kesabaran dan emosi.
Melansir dari suara.com Asal kata latto-latto merupakan sebutan
permainan tradisional yang berasal dari bahasa Bugis. Di daerah Makassar
sendiri disebut dengan katto-katto sementara di Pulau Jawa disebut dengan
etek-tek. Latto-latto merupakan salah satu jenis permainan tradisional yang
bisa ditemukan di indonesia. Lilitakan ini sangat ikonik sejak jaman 1990an,
terutama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pedesaan.
Harga Lilitakan dikomparasi antara Pulau Jawa dan Kalimantan
Dilansir dari laman Shopee dan Tokopedia baik di Pulau Jawa maupun
di Pulau Kalimantan harga mainan lato-lato berkisar antara Rp3 ribu hingga puluhan
ribu rupiah. Ini tergantung kualitas atau bahan serta model dari mainan
Lilitakan itu sendiri. Ada juga yang sampai Rp25 ribu, bisa menyala karena
dipasang lampu di dalamnya.
Di Kalsel, khususnya Banjarmasin, di mana bisa membeli
Latto-latto. Harga penjual berapa dan paling mahal berapa?
Lilitakan di seluruh kota di Indonesia termasuk Kota Banjarmasin
cukup mudah di dapatkan seperti di toko kelontong, pasar tradisional, media
sosial serta toko online shop lainnya.
Ara salah satu pedagang lato lato di Pasar Taman Sari, Pangeram
Samudera mengemukakan penjualan mainan ini menjadi trend dan banyak dicari oleh
berbagai kalangan.
"Karena sedang trend kita lebih banyak stok, kalau yang beli
disini tidak hanya anak-anak tetapi berbagai kalangan," ujarnya.
Adapun untuk harga yang ia jual bervariasi dari harga Rp10 ribu,
15 ribu dan 20 ribu. Ini berdasarkan kualitas bahan yang digunakan. jika bahan
plastik yang mudah pecah tentu harganya juga lebih murah. "Kalau
bolanya lebih besar, harganya juga lebih mahal termasuk bahan Latto-latto yang
digunakan," ucapnya.
Ia pun cukup meraup keuntungan yang besar dari penjualan
Latto-latto tersebut. Meskipun enggan menyebut nominal. Hal
senada disampaikan pedagang mainan, Badi yang mana penjualan untuk Lilitakan
meningkat tajam dan bisa menjual hingga puluhan mainan tradisional tersebut
dalam sehari.
"Jualan Latto-latto lebih banyak lakunya dan meningkat dari
tahun 2022 hingga sekarang," katanya.
Ia mengungkapkan lato-lato biasanya ia modif dengan berbagai warna
bola yang berbeda untuk menarik bagi para penggemarnya yang tidak hanya dari
kalangan anak-anak, remaja hingga orang dewasa.
Tanggapan anak-anak itu sendiri.
Salah satu penggemar Lilitakan denganpermainan tradisional yang
satu ini apalagi sering dimainkan dengan teman-teman sebayanya. "Suka
aja, karena teman-teman juga banyak yang memainkan," ucap Anak SD Pemurus
Dalam tersebut.
Anak lelaki berusia 7 tahun ini mengaku permainan Lilitakan
mengasyikkan dan bisa dimainkan di luar belajar sekolah. Di sisi
lain, Habibi juga mengungkapkan suka permainan Lilitakan. Menurutnya kegemaran
bermain Lilitakan karena sedang ramai dipermainkan orang terutama di lingkungan
tempat tinggalnya, Sungai Andai.
Anak berusia sembilan tahun ini mengatakan selain alat main yang
mudah didapat juga bisa dimainkan saat berkumpul bersama teman-teman sebayanya.
Selain itu, dari mainan Lilitakan yang unik kata siswa Madrasah
Ibtidayah ini adalah bunyi dari suara yang dipantulkan dari kedua bola
Lilitakan tersebut.
Tanggapan Komisi IV DPRD Kasel
Ketua Komisi IV DPRD Kalsel, HM Lutfi Saifuddin mengemukakan
terkait permainan Lilitakan yang sedang marak saat ini menjadi perhatian
pihaknya.
Menurutnya ada dua hal yang dapat diambil pertama Lilitakan
berpotensi mampu membangkitkan kembali warna permainan tradisional yang mulai
tergerus oleh era modern.
"Disamping itu, permainan ini juga dapat mengurangi anak pada
penggunaan gadget berlebih," ucapnya.
Kendati demikian, permainan Lilitakan juga harus diikuti peran
orang tua didalamnya dalam hal pengawasan. Mengingat usia anak masih rentan dan
kurang dalam menjaga keselamatan dan melindungi diri sendiri.
Ini juga mengingat, baru-baru ini ditemukan kasus korban luka
serius akibat bermain Lilitakan tepatnya berada di Kalimantan Barat.
"Anak yang bermain Latto-latto perlu mendapat pengawasan dari
orang tua, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," ujarnya.
Adapun untuk dilingkungan sekolah, Lutfi meyakini para guru dan
pihak sekolah akan melakukan pengawasan dan pemberlakuan aturan untuk tidak
mempergunakan Lilitakan terutama di jam pelajaran.
Trik Bermain Lilitakan
Melansir dari radarutara.disway.
Lilitakan terbuat dari dua bola yang terbuat dari polimer dan cara
bermainnya ialah membuat dua bola tersebut saling membentur saat diayunkan ke
atas dan juga ke bawah.
Berikut cara bermain Lilitakan
1. Pastikan kedua bola berada di posisi yang sama alias seimbang.
2. Jepit bagian tengah tali Lilitakan di antara jari tangan. Pakai
jari tangan yang paling nyaman, seperti di antara jari telunjuk dan jari
tengah.
3. Setelah merasa nyaman, pantulkan dengan cara menggoyangkan
tangan ke atas dan bawah. Awalnya pelan lalu semakin cepat.
4. Terus goyangkan tangan hingga bola berbenturan dan menimbulkan
bunyi bertubi-tubi.
5. Apabila sudah mengetahui ritmenya, kamu bisa mencoba berbagai
trik untuk menghasilkan bunyi yang sesuai dengan keinginan.
Intinya kunci permainan Lilitakan adalah, Kamu cuma perlu
menggerakkan tanganmu ke atas dan ke bawah secara terus menerus, jepitlah
bagian pegangan di tengah dengan kuat.
Mulailah gerakkan tangan dengan perlahan sampai mendapat momen
yang tepat, lalu gerakkan tanganmu dengan cepat. Jadikan tanganmu pusat
sentripetal agar dua bandul bisa memantul dengan kuat dan berbenturan sesuai
jalur secara tepat.
Usahakan tangan hanya bergerak ke atas dan ke bawah saja. Jangan
melenceng! Saat tangan bergerak naik turun.
Kedua bandul akan menghasilkan gaya sentrifugal yang besar yang
berpusat pada bagian tengah Lilitakan.
Berusahalah untuk melakukan gerakan tangan naik turun seperti
membuat garis lurus. Sekali lagi, jangan coba-coba melenceng ke samping karena
kamu hanya akan mengacaukan lintasan bandul.
Adapun dalam permainanan ini tidak hanya satu cara digunakan.
Melansir dari cianjur.jabarekspres.com ada 4 trik main lato-lato tidak biasa
yang bisa kamu coba.
1.Bermain Lilitakan Helikopter
Tidak jauh berbeda dengan cara bermain lilitakan pada umumnya,
hanya saja dengan trik helikopter pemain harus mampu memantulkan dua bola
sambil mengangkat sampai ke atas kepala.
Namun untuk memainkan trik ini, pemain harus berlatih terlebih
dahulu agar tidak mengenai kepala.
2. Bermain Dua Tangan
Trik bemain ini cukup mudah, pemain hanya perlu menyiapkan
dua buah Lilitakan dan mulai memainkannya di tangan kanan dan kiri secara
bersamaan.
Tentunya teknik bermain Lilitakan dua tangan ini akan melatih
keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan.
3. Bermain Lilitakan Besar
Sebagaimana namanya, Lilitakan besar memiliki ukuran yang jauh
lebih jumbo dari Lilitakan biasa.
Cara bermainnya sama, namun saat akan memainkan Lilitakan besar
ini perlu keseimbangan dan fokus yang tinggi.
4. Bermain Lilitakan Sambil Susun Dadu
Tentunya dalam bermain Lilitakan kali ini, diperlukan alat lain
yakni dadu dan gelas atau cup.
Cara bermainnya adalah pantulkan Lilitakan seperti biasa dengan
tangan kanan, kemudian cobalah susun dadu dengan tangan kiri.
Jajarkan dadu di atas meja kemudian coba ambil dengan gelas atau
cup hingga tersusun rapi.
Apakah Ada Korban dalam Bermain Lilitakan?
Baru-baru ini ditemukan kasus korban luka serius akibat bermain
Lilitakan, tepatnya berada di Kalimantan Barat.
Melansir dari www.detik.com Seorang bocah di Kubu Raya sampai
harus operasi mata lantaran serpihan lato-lato yang pecah melukai matanya.
"Jadi ada perlukan di bola matanya. Sehingga harus dioperasi
dan dijahit tiga jahitan," ucap Kadis Kesehatan Kubu Raya Marijan saat,
Senin (9/1/2023).
Terkait kasus di Kalimantan Barat, Kementerian Kesehatan RI menyarankan
agar orang tua turut mengawasi anak saat bermain lato-lato. Kepala Biro
Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut,
kasus tersebut tergolong kasus trauma.
"Ini kasus trauma, jadi bukan kejadian keracunan dan penyakit
ya," terang Nadia menjelaskan bahwa kasus tersebut belum terlaporkan ke
Kemenkes.
Seorang bocah yang mengalami kejadian naas ini berinisal AN (8) di
Kabupaten Kubu Raya, Kalbar. Berikut fakta lengkap lato lato memakan korban di
Kalbar yang dirangkum pada Senin (1/9/2023) melansir dari
www.elbaitsukabumi.com
Kejadian yang dialami AN bermula saat dirinya sedang bermain lato
lato di rumah temannya pada 27 Desember 2022 sore hari.
Setelah puas bermain, AN pulang ke rumah dengan kondisi mata yang
memerah. Ayah korban, Ari Julianto lantas bertanya kepada sang anak terkait
kondisinya.
AN awalnya tidak mau menjawab pertanyaan ayahnya itu. Ari terus
membujuk hingga akhirnya AN berani bercerita. AN mengaku saat bermain matanya
tidak sengaja terkena serpihan dari mainan lato lato.
Kabar yang menimpa AN sempat viral dan menjadi bahan perbincangan
warganet. AN kemudian dirujuk RSUD dr Soedarso Pontianak oleh orang tuanya
untuk menjalani operasi pada 29 Desember 2022 lalu.
AN kini sedang menjalani rawat jalan di rumahnya di Kecamatan
Sungai Raya dengan pengawasan pihak Dinas Kesehatan Kubu Raya.
Khawatir Ganggu Belajar, Warga Banjarmasin Tengah Batasi Anaknya
Bermain Lilitakan
Menurut orang tua pelajar, Muhammad Rudi, viralnya Lilitakan tidak
ia ketahui secara jelas. "Kalau saya kurang tau kenapa jadi viral,
tau - tau banyak anak bermain itu sekarang," ungkapnya, Rabu (11/1/2023).
Menurutnya ia sama sekali tidak keberatan akan adanya permainan
tradisional tersebut. Karena dapat mengurangi anak menggunakan gadget.
Namun, kata bapak dua orang anak itu tetap saja memberi
kekhawatiran tersendiri untuk anaknya. Sebab kata ia, kemunculan
membuat anaknya yang saat ini duduk dibangku SMP itu terus memainkan permainan
adu bola itu. "Saya tetap khawatir kalau kecanduan, dan mengganggu
pelajaran," cetusnya.
Tak hanya itu, ujar pria berusia 48 tahun itu permainan tersebut
juga bisa berdampak negatif bagi fisik anaknya. Sebut saja bisa menimbulkan
memar di tangan bahkan terparahnya bisa kena bola mata saat memainkannya.
Karena terbawa suasana asik bermain Lilitakan sehingga anak
dikhawatirkan terlena dan mengabaikan pergerakan bola. "Saya
terus melakukan pengawasan terhadap anak saya," imbuhnya.
Misalnya bermain latto - latto di jam tertentu, yang hanya bisa
bermain sehabis pulang sekolah. Juga terus meminta untuk tidak membawa latto -
latto ke sekolah. Agar tidak mengganggu belajar mengajar dan bisa fokus di
sekolah.
Disdik Banjarmasin Keluarkan SE Laragan
Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin keluarkan Surat Edaran (SE)
nomor 420/206 Sekr/Dipendik terkait Pelarangan Penggunaan Lato - Lato di Satuan
Pendidik tertanggal 10 Januari 2023.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, Nuryadi mengatakan bahwa
SE tersebut sebagai rekomendasi bagi sekolah baik TK, SD maupun SMP untuk
menerapkan.
"Agar proses belajar mengajar tidak terganggu dengan adanya
lato - lato," ujarnya.
Dimana dalam SE tersebut tertuang tentang menginstruksikan
terhadap seluruh sekolah untuk menindaklanjuti dengan persuasif. Larangan
peserta didik membawa lato - lato ke sekolah.
Kemudian menghimbau terhadap para orang tua untuk lebih mengawasi
dan memastikan keamanan anaknya dalam penggunaan permainan yang saat ini tengah
viral itu. "Tidak ada sanksi khusus hanya bersifat pembinaan,"
imbuhnya.
Mengingat permainan lato - lato tersebut lanjutnya sangat
memberikan dampak bagi anak. Terutama dalam proses belajar mengajar.
Sehingga pengawasan perlu dilakukan, agar tidak mengganggu proses
belajar mengajar yang seharusnya fokus dilakukan di tiap sekolah.
Permainan Lato - Lato Dinilai Pakar Psikolog Pendidikan Kalsel
Berpengaruh Pada Sel Motorik Anak
Psikolog sekaligus pengamat pendidikan Kalimantan Selatan, Yulia
Hairina, M. Psi., menguraikan permainan Lilitakan bisa memberikan dampak
positif bagi tumbuh kembang anak, karena dapat berpengaruh pada sel
motorik anak.
"Permainan tersebut memaksa anak untuk berpikir bagaimana
cara bermain dengan baik," terangnya, Rabu (11/1/2023).
Permainan yang telah ada sejak tahun 90-an itu bisa menstimulasi
perkembangan sosial-emosional, ketika dimainkan secara bersama anak-anak lain.
Sebab kata ia permainan tersebut akan semakin menarik jika
dimainan bersama anak lain, maka secara otomatis sisi emosional anak akan
terangsang agar bisa memenuhi tantangan tersebut.
"Dari tantangan itu maka anak terus berkonsentrasi
memainkannya dan jika kalah maka si anak mampu mengendalikan
emosionalnya," urainya.
Dampak positif lainnya lebih jauh ia memaparkan bahwa anak dapat
mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan gadget. Karena akan lebih fokus
pada permainan lato - lato tersebut.
Kendati demikian, permainan tersebut juga memiliki dampak negatif
bagi anak yang belum mahir menggunakannya. Salah satunya anak bisa memar pada
bagian tangan karena terbentur bola bola terbuat dari plastik itu.
"Permainan itu juga diberikan sesuai kebutuhan tahap
perkembangan usia anak," imbuhnya.
Ia pun menghimbau agar para orang tua terus melakukan pengawasan
terhadap permainan tradisional itu. Agar tidak memberikan efek negatif bagi
anak.
Kepala Daerah pun Ikut Coba Main Lilitakan
Dalam video yang beredar di media sosial, Gubernur Kalsel,
Sahbirin Noor tertangkap kamera juga mencoba permainan anak yang sedang viral
ini.
Selain Gubernur Kalsel, beberapa artis hingga pejabat pun juga
ikut mencoba permainan ini.
Posting Komentar